Di kala partai-partai lain sedang berkonsolidasi memecahkan konflik
internal, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa sudah
meluncurkan delapan pandangan PAN untuk mewujudkan partai bernomor
delapan itu terdepan pada pertarungan politik 2014 nanti. Kedelapan
pandangan tersebut untuk merespons isu dan program strategis
pembangunan menuju bangsa yang unggul dan berperadaban.
Sosialisasi tersebut dilakukan pada Pidato Kebangsaan Hatta Rajasa
pada temu kader PAN tingkat nasional di Jakarta Internasional Expo,
Kemayoran, Jakarta, pada Minggu (17/1). Secara umum, kedelapan isu
strategis tersebut semakin memposisikan PAN sebagai partai yang
berusaha berpihak pada yang lemah, promultikulturalisme, antikartel,
dan antipenguasaan sumber daya alam oleh kelompok tertentu.
Hatta memulai pidato dengan mengatakan membaiknya ekonomi Indonesia
dibanding satu dekade lalu, dari pendapatan per kapita 500 dollar AS,
saat ini menjadi lebih dari 3.500 dollar AS. "Keadaan kita sekarang
lebih baik dibanding 8 tahun lalu. Bagaimana kita melakukan
transformasi, perubahan besar sebagai bangsa untuk mewujudkan
Indonesia yang maju dan berperadaban di abad ke-21 ini? Terhadap
pertanyaan ini, kita memiliki 8 pandangan utama," kata Hatta.
Kedelapan pandangan utama tersebut secara singkat dapat diringkas
menjadi: perlunya kebersamaan untuk mencapai tujuan, nasionalisme dan
multikulturalisme, desentralisasi di tengah megaperubahan, mewujudkan
pasar yang adil, keadilan untuk semua, membangun kemandirian bangsa,
kaji ulang tata kelola kekayaan alam, dan pentingnya program
perlindungan sosial.
Dari kedelapan pandangan PAN tersebut, respons para kader memuncak
ketika Hatta memaparkan pandangan terkait kapitalisme, sistem pasar,
dan keberpihakan pada masyarakat lemah. "Di ruang pasar, agenda
perubahannya tidak saja mendorong terjadinya pasar yang terbuka namun
juga pasar yang adil. Not only a free market, but also a fair market,"
kata Hatta.
"Tidak saja sebuah ekonomi yang berorientasi keluar, tapi juga ekonomi
yang berorientasi ke dalam. Tidak hanya ekonomi yang mengejar
pertumbuahan semata, namun juga pemerataan yang bersifat inklusif,"
lanjuta Hatta.
Hatta juga menjelaskan pandangan PAN yang tidak setuju dengan
neoliberalisme dan pasar bebas karena cenderung tidak menghadirkan
keadilan. "Sebuah mekanisme pasar, yang tidak mampu mengontrol
keserakahan. Pasar bebas tidak mampu memperbaiki distorsi pada
dirinya, diperlukan kehadiran negara untuk melindungi yang lemah.
Keadilan harus dihadirkan bagi semua," katanya.
Monopoli atas sumber daya alam yang dikuasai kelompok tertentu juga
menjadi sorotan. "Anugerah sumber daya alam yang disediakan Allah SWT
harus dinikmat bersama-sama, bukan hanya dinikmati oleh sekelompok
tertentu saja. Kelompok besar tidak boleh memonopoli penguasaan sumber
daya alam," katanya.
Selain menjanjikan soal keadilan atas penguasaan lahan persawahan,
Hatta juga mengkritisi fenomena pangan impor yang dikuasai kelompok
tertentu, bahkan oleh kartel yang mengakibatkan petani semakin tak
berdaya. Pidato paling "menyengat" para kader PAN adalah soal
penolakan terhadap kartel penguasa impor pangan.
"Petani tak berdaya oleh pangan impor, petani kita harus berkebun di
tanahnya sendiri. Keadilan atas lahan harus kita wujudkan. Dan yang
penting, tak boleh di bumi ini, kartel menguasai pangan yang
merupakan hajat hidup orang banyak," papar Hatta.
Soal pandangan terhadap modal asing, secara implisit disinggung Hatta
dalam persoalan renegosiasi kontrak-kontrak pengelolaan sumber daya
alam yang merugikan. Indonesia perlu mengaji ulang terhadap cara
mengelola kekayaan alam. Tidak boleh sumber-sumber kekayaan alam
dikelola oleh sekelompok orang tsaja.
"Renegosiasi kontrak yang tidak adil harus kita lakukan. Hak-hak
negara berupa royalti, divestasi, nilai tambang, dan keikutsertaan
peran masyarakat harus diwujudkan," kata Hatta yang disambut gemurut
tepuk tangan para kader.
Ekspor terhadap bahan mentah juga akan dihentikan karena hanya membuat
bangsa menjadi lemah. Sebagai gantinya, harus dibangun
industri-industri untuk memproses bahan mentah menjadi bernilai
tambah, disamping meningkatkan lapangan kerja juga membangun
kemandirian bangsa.
"Tidak mungkin kita biarkan negara kita tergantung pada negara lain
secara absolut. Kita harus membangun kedaulatan dan swasembada pangan.
Sejarah mencatat, tidak ada negara yang unggul di dunia ini tanpa
memilik kemandirian pangan," kata Hatta.
Dalam perlindungan sosial, Hatta menegaskan perlunya peningkatan
kehadiran peran negara terhadap ekonomi lemah. "Mendorong pertumbuhan
ekonomi yang tinggi adalah penting, akan tetapi menjaga agar tidak
menimbulkan kesenjangan sosial, juga amat penting. Negara harus hadir
dalam program afirmatif untuk melindungi yang lemah," jelas Hatta.
(AMR)
Hingga Kamis (3/7) malam, di media sosial terutama Twitter, terus diwarnai adu kencang beberapa tagar… Read More
Hingga Minggu (8/6) siang pukul 12.00, pita kampanye “I Stand on The Right Side” meroket… Read More
Walaupun akan merepotkan, Komisi Pemilihan Umum sudah mengantisipasi putusan MK jika menginginkan pemilu serentak pada… Read More
Figur Joko Widodo atau Jokowi dalam konstelasi politik Indonesia masih dominan dan bisa mempengaruhi iklim… Read More
Badan Pengawas Pemilu merilis peta kerawanan Pemilu 2014 untuk 510 kabupaten/kota di Indonesia. Peta itu… Read More
Masih pada joomla 1.5 yang dipasang di server dengan upgrade server ke php terkini, halamannya… Read More
Leave a Comment