Siti Fadilah Akui Pernah Usir Peneliti WHO

Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari memberi pengakuan soal sikapnya yang anti-organisasi kesehatan dunia (WHO) waktu itu. Di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin (8/7), Siti mengaku mengusir Direktur WHO dan peneliti WHO karena memberi laporan palsu terkait penyebaran flu burung.

Keterangan itu terjadi saat Siti dihadirkan sebagai saksi dalam perkara dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan dan perbekalan dalam rangka wabah flu burung 2006-2007. Sidang itu untuk terdakwa Ratna Dewi Umar, mantan Direktur Bina Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan.

Ketua Majelis Hakim Nawawi Ponolongo sempat mencecar Siti karena dinilai sering menjawab asal dan tak berfikir lebih dulu. Nawawi mencoba mendalami kaitan penentuan status kejadian luar biasa (KLB) terkait wabah flu burung dengan strategi penunjukan langsung pada proyek-proyek flu burung.

Siti menjelaskan, ia telah mendapatkan usulan untuk menggunakan metode penunjukan langsung dari bawahannya. Di sisi lain, bawahannya ternyata telah membagi-bagi proyek dengan nilai di bawah Rp 50 miliar sehingga tak harus melalui persetujuannya dalam pelaksanaannya.

“Saya juga heran,” kata Siti menjawab. “Menteri tak bisa ngatur-ngatur,” begitu pengakuan Siti terkait mengapa tak berdaya dengan perilaku anak buahnya.

“Menteri tak bisa mengatur dan hanya heran saja?” kritik Nawawi. “Setahu saya memang di bawah Rp 50 miliar agar tidak lewat saya,” jawab Siti.

Siti menggarisbawahi, penetapan KLB merupakan wewenang Menkes. Penentuan itu telah melewati rapat-rapat terbatas, bahkan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden pun telah menyetujui KLB tersebut

“Indonesia akan diembargo pada tahun 2006 (karena kasus penularan flu burung yang dituduhkan bisa terjadi dari manusia ke manusia), dan itu betul-betul darurat. Presiden bilang, ‘Apa perlu saya ke PBB’. Saya bilang, saya atasi dulu,” kata Siti. Siti menggambarkan betapa saat itu kondisi begitu panik.

WHO memberi laporan soal kematian tujuh orang di Tanah Karo, Sumatera Utara, bahwa telah terjadi kasus penularan flu burung dari manusia ke manusia. Jika hal itu benar, Indonesia diambang embargo yang sangat merugikan.

Related Post

“Direktur WHO saya usir, saya usir ahli-ahli WHO agar angkat kaki dari Indonesia karena buat laporan palsu soal kasus flu burung di Karo, yang katanya transmit human to human,” kata Siti. Siti berkeyakinan, kasusnya masih hewan ke hewan, dan kesimpulan WHO itu salah karena tidak didahului dengan penelitian DNA korban.

“Sebanyak 95 persen angka kematian flu burung,” kata Siti. “Apa itu yang menjadi payung Saudara bahwa pengadaan harus dengan penunjukan langsung?” tanya Nawawi. “Mestinya begitu,” kata Siti.

Ratna mewalan
Dalam sidang, Siti mencoba menjelaskan bahwa ia tak terlalu banyak tahu soal kasus itu. Namun, terdakwa Ratna Dewi Umar mengatakan banyak pernyataan Siti tak sesuai fakta. Menkes saat itu, kata Ratna, jelas mengatakan memerintah dirinya untuk menjalankan sistem penunjukan langsung.

Ratna mengaku beberapa kali bertemu Siti. Kata Ratna, Siti mengatakan proyek itu dilakukan dengan metode penunjukan langsung dan siti juga menyebut nama Bambang Rudijanto Tanoesoedibjo. “Apa itu bukan tender Bu? ‘Tidak, itu kan sudah ada SK saya soal KLB’,” kata Ratna menirukan pertemuannya dengan Siti.

Siti membantah memerintahkan penunjukan langsung, apalagi menyebut nama Bambang Rudijanto. Namun, Ratna menandaskan yang ia katakan adalah benar. “Saya sampai kapan pun, sampai menghembuskan nafas terakhir akan tetap mengatakan ini benar adanya,” kata Ratna.

Ratna juga pernah dimarahi Siti karena mendengar Siemen akan masuk dalam lelang. “Kamu jangan coba-coba melanggar perintah saya, berikan ke Rudi,” kata Ratna menirukan omelan Siti. “Aneh sekali. Saya shock mendengar ini, saya tak pernah seperti itu. Saya tahu persis Rudi itu rekanan dia sejak di Palembang sebelum saya jadi Menteri,” jawab Siti.

Pada 21 Okt 2009, ketika pisah sambut antara Siti dengan Menkes baru, Endang Rahayu, Ratna yang sudah diperiksa KPK sempat bersalaman dengan Siti. Saat itulah, kata Ratna, “Saksi (Siti) bilang, ‘Kowe aman, ya Rat?’ Saya bilang, saya tidak tahu aman atau tidak,” kata Ratna menirukan ucapan Siti kepadanya.

“Saya tidak ingat apa salaman dengan beliau. Seingat saya ketemu dengan beliau saja tidak,” kata Siti membantah. (AMR)

Leave a Comment

Recent Posts

Ketika Selebritas Berkampanye di Media Sosial

Hingga Kamis (3/7) malam, di media sosial terutama Twitter, terus diwarnai adu kencang beberapa tagar… Read More

10 years ago

I Stand on The Right Side: Perang Senyap Pita Dukungan Capres

Hingga Minggu (8/6) siang pukul 12.00, pita kampanye “I Stand on The Right Side” meroket… Read More

10 years ago

KPU Sebenarnya Siap dengan Pemilu Serentak 2014

Walaupun akan merepotkan, Komisi Pemilihan Umum sudah mengantisipasi putusan MK jika menginginkan pemilu serentak pada… Read More

10 years ago

Jokowi Pengaruhi Angka Ambang Batas Parlemen

Figur Joko Widodo atau Jokowi dalam konstelasi politik Indonesia masih dominan dan bisa mempengaruhi iklim… Read More

10 years ago

Bawaslu Rilis Peta Potensi Kerawanan

Badan Pengawas Pemilu merilis peta kerawanan Pemilu 2014 untuk 510 kabupaten/kota di Indonesia. Peta itu… Read More

10 years ago

Strict Standards: Non-static method JLoader::import() should not be called statically in…

Masih pada joomla 1.5 yang dipasang di server dengan upgrade server ke php terkini, halamannya… Read More

10 years ago